
Oleh: M. Fuad Nasar
Perkenalan saya dengan Bapak Dr. Saafroedin Bahar, Brigjen TNI (Purn), atau biasa disapa Pak Saaf, bermula dari memo Wakil Sekretaris Kabinet RI Bapak Prof. Dr. A.Hamid S.Attamimi, SH (almarhum) yang mengarahkan saya lebih tepat melakukan wawancara penelitian skripsi dengan Pak Saafroedin Bahar (Staf Ahli Menteri Sekretaris Negara RI). Sejak saat itu, tahun 1992, saya berkenalan dan kemudian menjadi akrab dengan Pak Saaf. Sampai saya memasuki dunia kerja, komunikasi dan silaturahim dengan beliau tetap terjalin. Pak Saaf seorang tokoh yang rendah hati, humble, dan kawan diskusi yang menginspirasi. Ia tidak membeda-bedakan orang. Mengajak orang agar memformulasikan gagasan yang bisa diimplementasikan dan mendorong terbangunnya networking menjadi salah satu hal penting bagi beliau.
Perwira yang pernah menempuh pendidikan SESKOAD ini lebih menonjol intelektual daripada militernya. Wartawan senior Hasril Chaniago menjulukinya “jenderal cendekiawan”.
Setelah lulus sebagai sarjana FISIPOL UGM, ia mendaftar menjadi perwira militer, tapi tetap mengembangkan potensi keilmuwan. Ia seorang pembelajar dan sekaligus pengajar baik formal maupun informal.
Saafroedin Bahar berkesempatan studi tentang modernisasi, pembangunan dan sumberdaya manusia di Princeton University NJ USA tahun 1973 – 1974.
Doktor alumni UGM ini aktif menjadi dosen, penulis buku, pembicara dan pendengar di berbagai forum seminar dan bedah buku. Ia memiliki pergaulan luas dalam organisasi dan kemasyarakatan. Obsesi beliau adalah bagaimana menyelamatkan bangsa dan memajukan umat di tengah tantangan asimetris dewasa ini. Pak Saaf mendorong para peneliti muda agar melanjutkan penelitian antropologi politik yang telah dilakukannnya dulu dalam disertasi S3 di UGM. Disertasi S3 Pak Saaf diterbitkan dengan judul Etnik, Elite, dan Integrasi Nasional (Gre Publishing Yogyakarta, 2015).
Jejak pengabdian Pak Saaf, antara lain: Sekretaris Umum Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) yang pertama tahun 1966 – 1971, Sekretaris Lembaga dan Yayasan Gebu Minang periode awal, Komisaris PT Semen Padang, Staf Ahli dan kemudian Asisten Mensesneg, Anggota MPR-RI, anggota Komnas HAM periode 1993 – 1998, anggota Pokja Lemhannas RI, aktif di Aliansi Kebangsaan, Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat (PPAD), PPSN dan lain-lain. Pada beberapa wadah organisasi/perkumpulan/yayasan, beliau salah satu penggagas, pendiri dan pegiatnya. Semua bermodalkan idealisme dan swadaya.
Saafroedin Bahar merupakan salah satu konseptor naskah pidato Presiden Soeharto. Mensesneg Moerdiono mempercayakan kepada Pak Saaf tugas sebagai penyunting penyelia buku Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI tahun 1945 yang bersejarah itu.
Pak Saaf seorang penggemar buku, dalam arti gemar membaca, rajin menulis dan menerbitkan buku yang ditulisnya dengan uang pribadinya sendiri. Kalau mau mencari mantan pejabat dan intelektual yang tidak pernah istirahat dari berpikir dan aktif dalam berbagai organisasi/perkumpulan nirlaba sampai akhir hayat, Pak Saaf salah satu contoh.
Beliau seorang patriot sejati yang konsisten dan kepeduliannya pada negeri ini paripurna, melampaui panggilan kedinasan.
Saya ingat saat acara Dialog Kebangsaan “Minangkabau Kontemporer” di Kampus Universitas YARSI Jakarta tahun 2015. Pak Saaf datang pakai tongkat disambut gembira oleh orang-orang yang hadir.
Wah ini Pak Saaf masih gagah. Sambil ketawa dan berkelakar beliau menyahut, “Ambo ko ibarat oto, masin alah lamah, klakson sajo nan kareh.” (saya ini, ibarat mobil, mesin sudah lemah, klakson saja yang keras bunyinya).
Pagi, beberapa jam sebelum meninggal, Pak Saaf masih menulis di status facebooknya, “Bagaimana mungkin Bangsa ini maju jika kaum elitenya saling jegal, dan rakyatnya dipecah belah?” Barangkali itulah pesan terakhirnya.
Dalam beberapa hal, Saafroedin Bahar berpikir kritis justru karena kecintaannya pada nasib anak negeri agak dapat hidup layak dan terhormat sebagai manusia. Ia khawatir dengan masa depan bangsa dan takdir republik yang dahulu diperjuangkan kemerdekaan dan kedaulatannya dengan darah dan nyawa para pejuang, apabila negara ini salah urus atau pemerintahan dikelola secara amatiran. Apa yang diperingatkannya berpijak pada analisa antropologi politik dan tak ada kepentingan pribadi. Ia seorang yang jujur dengan prinsip dan pendiriannya.
Sebagai seorang muslim Pak Saaf memandang umat Islam Indonesia perlu menyusun sistem manajemen internal umat Islam. Umat harus punya strategi perjuangan dalam kerangka NKRI. Perhatiannya terhadap pergerakan Islam modern di Indonesia dibuktikan antara lain dengan menerjemahkan buku karya B.J. Boland dengan judul Pergumulan Islam Di Indonesia.
Tidak ada yang tahu ajal seseorang.
Jum’at 6 Juli 2018 pukul 14.00 WIB Allah memanggilnya. Siang itu kabarnya beliau sudah memesan kendaraan mau berangkat ke JCC menghadiri rapat Aliansi Kebangsaan. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Saafroedin Bahar yang lahir di Padang Panjang Sumatera Barat 10 Agustus 1937 wafat dalam usia 81 tahun. Jenazah almarhum yang memperoleh Bintang Mahaputera Pratama dimakamkan secara militer di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata Jakarta pada hari Sabtu 7 Juli 2018 pukul 14.00 WIB. Dalam pembacaan Apel Persada oleh Inspektur Upacara, disebutkan Saafroedin Bahar adalah Mantan Pati Babinkar ABRI.
Melihat betapa semangat dan aktivitas beliau yang tidak mengenal lelah meski usia lanjut, banyak orang terkejut dengan kepergian almarhum yang mendadak di rumah sepulang dari shalat Jumat. Beliau sebetulnya sejak beberapa tahun belakangan mengalami keluhan sakit jantung, tapi hal itu tidak menjadi penghalang baginya dalam beraktivitas. Minggu 8 Juli 2018 PPSN (Pusat Pengkajian Strategi Nusantara) akan mengadakan acara diskusi dan halal bihalal. Pak Saaf, sang penggagas, salah satu pendiri dan penggerak PPSN, telah konfirmasi hadir. Namun Allah SWT telah lebih dahulu memanggilnya.
Bangsa Indonesia kehilangan pemikir, patriot dan guru bangsa yang tidak mudah mencari penggantinya dalam kapasitas seperti yang beliau miliki. Kita hanya bisa menjadi “pelanjut”, bukan “pengganti” beliau.
Saafroedin Bahar, anak Minang yang mengindonesia dan orang Indonesia yang tidak kehilangan akar budaya daerah asalnya. Ada beberapa gagasan dan agenda beliau dan kawan-kawan yang sedang digarap dan ada yang baru perumusan rencana, seperti penyusunan buku sejarah PRRI, penyusunan sejarah Minangkabau, sejarah dan khittah LKAAM dan beberapa agenda lainnya. Dalam pandangan beliau, prinsip Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah (ABS SBK) di Minangkabau/Sumatera Barat, memerlukan pedoman implementasi dan badan penggerak kaderisasi. Pak Saaf aktif dalam pembentukan Badan Penggerak Kaderisasi ABS SBK. Semua itu bukan untuk pribadi, tapi amal jariyah untuk kebaikan generasi pewaris masa depan, demi kepentingan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan tentu juga kehidupan beragama. Komitmen kebangsaan dan kemajuan umat, adalah kata kunci dari segala yang beliau lakukan.
Semoga almarhum Saafroedin Bahar mendapat tempat kembali yang mulia. Semoga arwahnya memperoleh rahmat dan ampunan Ilahi. Ia telah pergi, tapi semangatnya insya allah tetap tinggal bersama sahabat, kolega dan teman-teman seperjuangannya di beberapa wadah pengabdian.
Selamat Jalan Pak Saaf. #